Ledakan Bintang Sebabkan Kepunahan Massal di Bumi 2,6 Juta Tahun Lalu?


 Pernahkah Anda mendengar nama tardigrada? Bila belum, berarti selama ini Anda belum menemukan jawaban dari pertanyaan mengenai spesies paling tangguh di Bumi.

Bukan tanpa alasan bahwa tardigrada disebut sebagai spesies paling tangguh di Bumi. “Tardigrada hampir mustahil dihancurkan di bumi,” ucap astrofisikawan Rafael Alves Batista kepada National Geographic.

Walaupun terkesan mengada-ada, ucapan Batista memang benar adanya, sesuai fakta. Pasalnya, hewan ini sudah hidup selama 520 juta tahun di bumi. Artinya, tardigrada telah berhasil melewati berbagai pemusnahan masal.

Baca Juga : Planet Merkurius, Planet Panas Dingin Ekstrem Pembawa Pesan

Tardigrada bahkan masih dapat bertahan hidup dalam radiasi yang mematikan, diletakan pada temperatur 150 hingga -272 derajat celcius, berada di tekanan tinggi bawah laut, dikeringkan selama satu dekade, hingga dilempar ke luar angkasa.

Bahkan tanpa mengonsumsi apapun, spesies yang dikenal dengan julukan beruang air ini mampu bertahan hingga 30 tahun.

Dengan berbagai hal yang terkesan fiktif ini, Batista pun semakin penasaran mengenai hal apa yang dapat membuat tardigrada lenyap.

Dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports, Batista dan koleganya menggunakan model matematika untuk menemukan jawabannya.

Kalkulasi mereka merujuk pada kejadian mendidihnya lautan yang diakibatkan oleh serangan asteroid raksasa, supernova, dan semburan sinar gamma.

Artinya, nyaris tidak mungkin untuk dapat melenyapkan tardigrada. Terlebih, kecil kemungkinan terjadinya ketiga fenomena tersebut dalam waktu yang bersamaan.

Pertama, hanya ada sedikit asteroid dan planet katai yang memiliki cukup massa untuk mendidihkan lautan ketika jatuh ke bumi. Sejauh ini, hasil pemantauan belum menemukan satu pun yang mengarah ke bumi.

Lalu, agar sebuah supernova bisa mendidihkan lautan bumi, maka ledakan bintang tersebut harus terjadi dalam 0,14 tahun cahaya. Akan tetapi, bintang terdekat kita, selain matahari, berada empat tahun cahaya dari bumi.

Terakhir, semburan sinar gamma yang lebih langka dari supernova harus terjadi dalam 40 tahun cahaya untuk membunuh tardigrada. Oleh karena itu, kemungkinan ini pun bisa disingkirkan.

Dengan demikian, sukar rasanya membunuh tardigrada yang mungkin akan hidup bahkan setelah Matahari kita mati, yakni sekitar 10 juta tahun lagi.]

“Tardigrada menunjukkan kemungkinan adanya spesies yang sama tangguhnya di alam semesta.” ujar Batista.

Salah satu bukti kuat adalah adanya endapan besi-60 yang ditemukan di dasar laut. Besi-60 sendiri merupakan zat radioaktif yang sudah terbentuk dengan Bumi 4,54 miliar tahun lalu dan sudah membusuk sejak lama. Artinya, besi-60 yang ditemukan di laut tersebut bukan berasal dari planet ini–kemungkinan sisa ledakkan di luar angkasa dari supernova.

Gagasan bahwa supernova dapat memicu kepunahan massal bukan hal baru. Sebelumnya, ledakan sinar gamma yang berasal dari supernova diduga menjadi penyebab kepunahan Ordovician, 450 juta tahun lalu. Radiasinya merobek lapisan ozon dan membuat makhluk hidup di Bumi terpapar sinar ultraviolet yang mematikan.

Namun, berdasarkan studi Melott dan timnya, ada mekanisme yang sangat berbeda di balik peristiwa kepunahan megafauna laut di masa Pliosen. Alih-alih ledakan sinar gamma, yang menjadi faktor pemicu kepunahan adalah jenis partikel dasar sinar kosmik yang disebut muon–sejenis elektron tetapi dengan lebih banyak massa dan energi.

"Mereka bisa menembus Bumi dengan mudah dan radiasi kerap melewati kita. Sekitar seperlima dari dosis radiasi datang bersama muon dan biasanya tidak berbahaya," jelas Melott.

"Namun, ketika gelombang sinar kosmik menyerang, jumlah muon-nya digandakan menjadi beberapa ratus kali lipat. Ketika jumlahnya sangat besar dan energinya begitu tinggi, kita mengalami peningkapan mutasi dan kanker–ini menjadi efek biologis utama.

Pada makhluk hidup seukuran manusia, risiko kankernya meningkat 50%. Semakin besar ukurannya, maka semakin besar juga risiko. Pada gajah dan paus, dosis radiasi yang mereka terima sangat tinggi," paparnya.

Dan karena muon sangat mudah menembus Bumi, mereka juga bisa menjangkau lautan dan memengaruhi hewan-hewan yang ada di sana. Mereka yang berada di perairan dangkal adalah yang paling parah terkena dampaknya.

Comments

Popular posts from this blog

Sebesar Dinosaurus, Penemuan Burung Gajah Terbesar dari Madagaskar

Tak Disangka, Kura-Kura Purba Ternyata Bertahan dari Hantaman Asteroid

Hiu Goblin dari teluk Tokyo